AQUA Keboncandi Kembali Gelar Workshop Dan FGD Keanekaragaman Hayati
TIMESINDONESIA, PASURUAN – PT. Tirta Investama (AQUA Keboncandi) menggelar Workshop dan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema, “Menabung Kekayaan Kehati” berkerjasama dengan Yayasan Sekola Konang Indonesia (YSKI) pada hari Rabu (15/05/2024). Acara digelar di UPT Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawatimur, Desa Sidepan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.
Ada tiga rangkaian acara dalam program tersebut, yang meliputi kickoff program konservasi tahun 2024, pemaparan para nara sumber, dan FGD keanekaragaman hayati. Kegiatan dimulai dengan Kickoff, dengan diawali penanaman puluhan pohon oleh AQUA Keboncandi yang diikuti seluruh tamu undangan (UPT Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Dinas perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur, UPT PUSDA WS Welang Rejoso, TKPSDA WS Welang Rejoso, BKSDA Wilayah III Jember seksi konservasi wilayah VI, DLH Kabupaten Pasuruan, Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, Dinas Kehutanan Provinsi CDK Wilayah Lumajang wilayah kerja Pasuruan, FORDAS Pasuruan, UNMER, Universitas NU Pasuruan, Herba Medika Kejayan, Yayasan Sihijau, Mangrove Center Penunggul, Laskar Hijau, KMPS Pranata Desa Galih dan Sekolah Mitra Kehati AQUA), di wilayah sumber mata air umbulan.
Kemudian dilanjutkan sambutan oleh Hari Wicaksono, selaku Manager SR & CSR AQUA Keboncandi. “AQUA Keboncandi terus berusaha mempertahankan serta mengembangkan keanekaragaman hayati yang ada dilingkungan sekitar perusahaan, dan juga diwilayah sumber mata air Umbulan serta desa Galih kecamatan Pasrepan. Sehingga kami yang berkolaborasi dengan YSKI dari tahun 2021 dan dinas terkait, terus berupaya melakukan study kajian dalam melestarikan alam,” ujar Hari.
Sementara itu, Kepala UPT PUSDA WS Welang Rejoso Provinsi Jawa timur Anton Dharma, menanggapi positif apa yang telah dilaksanakan oleh AQUA Keboncandi yang bermitra dengan YSKI dalam melakukan inovasi yang telah diterapkan untuk menjaga kelestarian lingkungan tersebut. “Semua memiliki keterbatasan tupoksi yang menjadi kendala. Tapi dengan adanya kepedulian bersama, maka bisa terus menjaga kelestarian alam dengan menjaga kekayaan keanekaragaman hayati,” jelas Anton.
Dalam sesi FGD, seluruh tamu undangan di bagi menjadi tiga kelompok diskusi dengan fokus pembahasan yang dimiliki anggota dalam kelompok masing-masing. Sehingga FGD mendapatkan beberapa saran juga masukan dari kelompok yang telah di bentuk yang meliputi:
* Kondisi pencemaran di dasar air (Usulan penambahan papan larangan) berdampak pada berkuranganya ikan lokal.
* Solusi menangani berkurangnya debit air dengan melakukan konservasi.
* Tindak lanjut dari hasil workshop dan aksi nyata yang bisa diaplikasikan pada siswa.
* Jenis tanaman yang akan ditanam disekolah, serta mengusulkan ditindak lanjuti saran dari pemapar/asesor.
* Pemanfaatan sumur artesis non proper secara domestik / irigasi pertanian yang tinggi diwilayah umbulan, berdampak pada kondisi tanah yang becek dan tidak efektif.
* Perlu ada papan konservasi untuk informasi hasil asesment biodiversity umbulan.
* Harus ada pendataan secara zonasi.
* Konservasi rumpun berjarak.
* Melakukan rehabilitasi dengan melakukan penanaman.
* Terbentuknya Mangrove Penunggul Park (KTH, Pokdarwis, Pokmaswas) Pemberdayaan masyarakat (edukasi sekolah dan masyarakat).
* Melakukan monitoring/pengawasan hutan mangrove.
* Dimanfaatkan untuk wisata (jasa lingkungan).
* Produk olahan mangrove (minuman, kripik)
* Budidaya (tambak) diberdayakan kembali.
* Perlu diperpanjang sosialisasi sekola konang dengan AQUA tentang pentingnya keanekaragaman hayati.
* Upaya pemanfaatan Kondisi tanah kering di desa Galih sehingga banyak ditanam empon-empon melalui program agroforesty.
* Perlunya pengembangan durian lokal Desa Galih dan mengenalkan varian durian Desa Galih.
* Segi konservasi rorak sangat membantu serta perlunya DAM penahan di sungai Desa Galih.
Dipenghujung acara, Anton Dharma menambah bahwa perlunya penataan serta perbaikan yang lebih baik lagi supaya Umbulan menjadi wisata edukasi yang layak kunjung dan wisata edukasi khusus (siswa dan peneliti).
“Umbulan merupakan obyek yang sangat bagus untuk menjadi wisata edukasi, serta perlu mengadakan kongres Rejoso untuk mengumpulkan para pegiat-pegiat lingkungan DAS Rejoso dari hulu sampai hilir,” pungkas Anton Dharma.